“Kenaikan Harga Menjelang Ramadhan dan
Lebaran”
I.
Kasus:
Kenaikan harga
menjelang Ramadhan dan Lebaran (Idul Fitri) adalah fenomena berulang yang seolah tak terhindarkan bagi rakyat
Indonesia. Sesuai hukum ekonomi, fenomena ini sebenarnya wajar, dimana ada
peningkatan permintaan, maka harga pun melonjak. Pedagang pun tak mau
kehilangan kesempatan untuk mengambil untung lebih besar. Tapi tak urung hal
ini meresahkan masyarakat, terutama mereka yang berpenghasilan minim.
Menurut data BPS (diolah
BKP), kenaikan tertinggi menjelang puasa tahun 2011 terjadi pada komoditas cabe
rawit (11.02%), tahun 2012 terjadi pada daging sapi (4.89%), dan tahun 2013
terjadi pada bawang merah (31.22%).
II.
Analisis:
Dari kasus diatas kelompok kami menganalisis adanya Penyebab
Terjadinya Kenaikan Harga Bahan Pokok Menjelang Lebaran (Idul Fitri) disebabkan karena:
III.
Faktor
yang Mempengaruhi dan Solusi:
1.
Hukum Permintaan dan Penawaran
Salah satu hal yang menyebabkan harga barang terus merangkak naik adalah
prinsip ”supply dan demand”. Seperti salah satu hukum ekonomi
yang mengatakan bahwa apabila permintaan meningkat dan barang tidak ada maka
akan cenderung terjadi kenaikan harga barang.
Hal ini bisa dilihat dari waktu terjadinya kenaikan harga. Kenaikan harga
suatu barang sebagain besar terjadi karena faktor gagal panen. Mungkin masih
segar di ingatan kita saat harga cabe
melonjak drastis. Harga cabe ini
naik karena terjadi gagal panen pada petani cabe akibat cuaca buruk.
Saat ini harga
beras terus melonjak naik hal ini disebabkan banyak petani beras yang gagal
panen. Gagal panen ini menyebabkan jumlah beras di pasar menurun sedangkan
permintaan tetap atau mungkin bertambah karena menjelang puasa. Saat menjelang
puasa, harga barang terus melonjak naik karena jumlah permintaan terus
meningkat sedangkan jumlah barang tetap atau cenderung berkurang.
Perlu analisis
dari sisi supply, mengapa supply berkurang. Saat menjelang puasa
seperti ini banyak orang di daerah jawa yang melakukan ritual “kirim doa”
kepada para kerabatnya yang telah meninggal. Ritual ini berupa syukuran dengan
mengundang para tetangga dan kerabat ke rumah untuk berdoa bersama-sama
mendoakan sanak saudara yang telah meningga dunia.
Kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh satu keluarga tapi oleh semua keluarga
yang memilki keluarga yang sudah meninggal dunia. Hal ini menyebabkan
permintaan akan kebutuhan beras meningkat. Naiknya permintaan beras tidak
diikuti bertambahnya jumlah beras di pasar hal inilah yang menyebabkan harga
beras terus merangkak naik.
Tentu menjadi hal yang sulit apabila kita ingin mengendalikan harga barang
karena selama ini barang-barang yang melonjak naik adalah barang-barang
kebutuhan rumah tangga yang jumlah penawaran di pasar berkurang karena jumlah
barangnya memang berkurang karena sebab-sebab tertentu seperti yang sudah saya
sebutkan di atas tadi.
Apabila kita ingin mengendalikan harga salah satu caranya adalah dengan
menambah jumlah penawaran di pasar yang artinya kita menambah jumlah stok
barang tersebut di pasar atau dengan menekan permintaan akan barang tersebut.
Seperti bunyi hukum permintaan dan penawaran “apabila penawaran akan
suatu barang semakin bertambah namun permintaan akan barang tersebut berkurang
maka harga barang akan turun” sedangkan apabila “ permintaan meningkat namun
penawaran berkurang maka harga barang akan naik”. Jadi cara yang dapat dilakukaan agar harga tidak terus naik adalah berusaha
agar jumlah penawaran melebihi jumlah permintaan di pasar.
2.
Lemahnya Antisipasi Kenaikan Harga Saat Ramadhan
Kenaikan harga pokok saat lebaran ini polanya sudah berulang-ulang tiap
tahun, apakah pemerintah tidak bisa mengantisipasi hal tersebut, strategi
pemerintah tiap tahun selalu sama, yakni operasi pasar. Tahun ini, pemerintah
menyediakan stok beras 500.000 ton untuk operasi pasar.
Jika stok Bulog
tidak mencukupi, pemerintah pun memutuskan untuk impor, padahal kita ini adalah
terkenal dengan swasembada beras. Kalau terus berulang dan tidak ada solusi,
berarti pemerintah telah kalah dengan pasar serta pemerintah tidak mau serius
untuk meredam kenaikan harga pokok ini.
Jangan lupa pula, melambungnya harga bahan kebutuhan pokok juga akibat
buruk infrastruktur. Saluran distribusi terganggu karena banyak jalan yang
berlobang dan tidak terawat serta naiknya harga BBM sehingga biaya produksi
naik. Siapa yang menanggung kenaikan biaya tersebut? Tentunya konsumen yang
posisi tawarnya lemah. Pemerintah sebenarnarnya sudah sabar betul.
Namun, sampai saat ini
langkah konkritnya masih dipertanyakan. Pemerintah sibuk dengan hal-hal yang
tidak penting, seharusnya pemerintah memiliki jurus pamungkas untuk meredam
kenaikan harga di bulan Ramadhan ini sehingga melonjatnya harga dapat di
seimbangkan untuk kesejahteraan rakyat kecil.
Ketika bulan Ramadhan datang, bukankah seharusnya komsumsi kebutuhan pokok
berkurang. Tetapi, hal tersebut tidak terjadi pada masyarakat kita. Berdasarkan
riset Nielsen, selama bulan puasa, belanja konsumen kelas bawah justru naik 30%
sementara kelas menengah naik 16%. Sikap konsumen tersebut tentunya mempengaruhi
harga. Konsumsi tersebut seharusnya dapat dikendalikan.
3.
Harga Melambung Akibat Ekonomi yang Buruk
Harga yang terus menerus mengalami kenaikan menjadi masalah di tatanan
masyarakat, karena kenaikan harga tidak sesuai dengan pendapatan yang di
hasilkan masyarakat. Hal ini di sebabkan karena perekonomian yang sangat buruk
di negeri ini.
Apabila penghasilan masyarakat sesuai
kenaikan harga-harga, mungkin kenaikan harga bukan menjadi masalah bagi
masyarakat. Tetapi perekonomian yang buruk ini tidak mungkin mewujudkan
pendapatan masyarakat sesuai. Masyrakat (rakyat miskin) adalah kelompok
masyarakat yang paling merasakan kesengsaraan apabila terjadi kenaikan harga.
Kita bisa lihat seperti, petani, buruh dan kaum miskin kota yang di
kebiasaannya saja sangat susah mencari kehidupan, konon lagi apabila
harga-harga naik. Sedangkan negara yang kondisinya sedang dilanda utang luar
negri yang sangat besar tidak bisa berbuat apa-apa untuk konsisi ini.
Banyak faktor yang mempengaruhi hal ini, mungkin apabila kita melihat
historis di Indonesia, tidak mungkin Rakyat Indonesia kekurangan untuk
sumber kehidupan seperti sembako. Namun, ini lah kenyataanya, dan kenapa ini
bisa terjadi?
Pertama, Indonesia yang dulunya negara agraris telah berubah menjadi negara
Industrialis, sehinggah habisnya lahan-lahan pertanian akibat lahirnya
perusahaan baru yang menyebabkan lahan pertanian menjadi perkebunan.
Kedua, tidak adanya upaya pemerintah untuk meningkatkan perekonomian dengan
membangun suatu perekonomian mandiri yang mementingkan kepentingan rakyat
Ketiga, adanya faktor asing dengan UU No. 25 Tahun 2007
tentang penanaman modal asing untuk mengelolah segala sumberdaya alam Indonesia
seperti pertambangan, perkebuna, pertanian, dan perminyakan. Dengan ketentuan
hasil Indonesia 20% dan asing 80%. Jadi tidak heran apabila Indonesia sering
kekurangan beras dan minyak, yang mengakibatkan bahan-bahan pokok pun
membumbung tinggi. Akibatnya secara perlahan Indonesia telah diakuisisi.
4. Peranan Pemerintah Dalam
Pengendalian Ekonomi Pasar
Sudah bukan baru lagi setiap menjelang puasa dan lebaran, kebutuhan bahan
pokok selalu membumbung tinggi harganya. hal ini memicu inflasi di dalam
masyarakat utamanya yang berpenghasilan rendah. Ada beberapa hal yang membuat
kenaikkan harga-harga bahan pokok di pasar, antara lain:
- Permainan di tingkat tengkulak, distributor
yang melenyapkan suplai barang di pasaran
- Sistem permintaan dan penawaran sangat bebas, tidak ada adab/perilaku yang berpijak pada akhlak mulia yang mengutamakan masyarakat sebagai pihak yang dipenuhi
kebutuhannya alias terlalu kapitalis.
- Pemerintah/penguasa
sebagai pihak
pengatur tidak berperanan penting dalam mengendalikan ekonomi rakyat, yang
seharusnya berkuasa penuh dalam memberikan jaminan akan kebutuhan dasar
rakyatnya. Seperti sembako sehingga harga-harga terlalu bebas diserahkan oleh pasar sebagai pengendali utama, kalaupun ada operasi pasar sifatnya sebagai shock therapy saja.
Sumber:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar